Surah Al-Baqarah Ayat 139 (Tafsir Ibnu Katsir dan Asbabun Nuzul).Artinya: Katakanlah, Apakah kalian memperdebatkan dengan kami tentang Allah, padahal Dia adalah Tuhan kami dan Tuhan kalian; bagi kami amalan kami, dan bagi kalian amalan kalian, dan hanya kepada-Nya kami mengikhlaskan hati.
Firman-Nya ( ), Allah Taala berfirman dalam rangka membimbing Nabi-Nya untuk menolak perdebatan orang-orang musyrik. Artinya, kalian mendebat kami mengenai pengesaan Allah Taala, ketulusan ibadah serta ketundukpatuhan kepada-Nya, mengikuti semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Firman-Nya ( ) artinya, Rabb yang mengatur dan mengurus diri kami dan juga kalian, hanya Dialah yang berhak atas pemurnian ibadah, tiada sekutu bagi-Nya. Firman-Nya ( ) artinya, kami berlepas diri dari kalian dan apa yang kalian sembah, dan kalian juga lepas dari kami sebagaimana firman-Nya dalam Surah Yunus ayat 41 yang artinya: Jika mereka mendustakan kamu, maka katakanlah, Bagiku pekerjaanku, dan bagi kalian pekerjaan kalian. Kalian berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan, dan aku pun berlepas diri terhadap apa yang kalian kerjakan. Firman-Nya ( ) artinya, kami berlepas diri dari kalian sebagaimana kalian berlepas diri dari kami, dan hanya kepada-Nya kami mengikhlaskan hati, yaitu dalam beribadah dan menghadapkan diri. Program belajar bimbingan ini dibimbing langsung oleh Sarjana Lulusan Timur Tengah dan Alumni Universitas Islam Terkemuka di Indonesia. Oleh karena itulah dinamakan Ummul Kitab yang artinya induk Al Quran. Di dalamnya terdapat tiga tauhid yang diperintahkan; tauhid rububiyyah (dari ayat rabbil aalmiin), tauhid uluhiyyah (dari ayat iyyaaka nabudu) dan tauhid asmaa wash shifat dengan menetapkan semua sifat sempurna bagi Allah yang telah ditetapkan oleh-Nya dan oleh Rasul-Nya shallallahu alaihi wa sallam. Hal ini sebagaimana ditunjukkan oleh ayat Al Hamdulillah, karena nama-nama dan sifat-sifat Allah semuanya terpuji dan merupakan pujian bagi Allah Taala. Surat ini juga menetapkan adanya jazaa (pembalasan amal) dan bahwa hal itu dilakukan dengan adil berdasarkan ayat Maaliki yaumiddiin. Surat ini juga menguatkan Aqidah Ahlussunnah wal Jamaah tentang masalah qadar, yakni bahwa semua terjadi dengan qadar Allah dan qadhaa-Nya, dan bahwa seorang hamba melakukan perbuatannya secara hakikat; tidak dipaksa dalam berbuat. Hal ini dapat diketahui dari ayat Iyyaaka nabudu wa iyyaaka nastaiin. Surat ini juga menerangkan pokok kebaikan, yaitu ikhlas, sebagaimana diambil dari ayat Iyyaaka nabudu wa iyyaaka nastaiin. Di surat tersebut Allah mengajarkan kepada hamba-hamba-Nya bagaimana mereka memuji dan menyanjung-Nya, lalu mereka meminta kepada Tuhan mereka segala yang mereka butuhkan. Di surat ini pun terdapat bukti butuhnya mereka kepada Tuhan mereka, baik butuhnya hati mereka dipenuhi rasa cinta dan pengenalan kepada-Nya dan butuhnya mereka agar dibantu dalam menyelesaikan urusan mereka serta diberi taufiq agar dapat mengabdi kepada-Nya. Surat ini disebut Al Faatihah (Pembukaan), karena dengan surat inilah dibuka dan dimulainya Al Quran. Allah subhaanahu wa Taala memulai kitab-Nya dengan surat ini, karena surat ini menghimpun tujuan dan maksud Al Quran. Oleh karena itu, surat ini dinamakan Ummul Quran (induk Al Quran) atau Ummul Kitaab (induk Al Kitab) karena dia merupakan induk dari semua isi Al Quran. ![]() Oleh karena itu, barang siapa yang mengetahui tafsirnya, maka ia seperti mengetahui tafsir semua kitab-kitab yang diturunkan. Diriwayatkan oleh Baihaqi dalam Syuabul Iman). Mencakupnya isi surat Al Fatihah terhadap semua ilmu yang ada di dalam Al Quran ditunjukkan oleh Az Zamakhsyari, yaitu karena di dalam Al Fatihah terdapat pujian bagi Allah yang sesuai, terdapat peribadatan kepada-Nya, terdapat perintah dan larangan serta terdapat janji dan ancaman, sedangkan ayat-ayat Al Quran tidak lepas dari semua ini. Dengan demikian, semua isi Al Quran merupakan penjelasan lebih rinci terhadap masalah yang yang disebutkan secara garis besar dalam surat Al Fatihah. Tentang keutamaan surat ini, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda. Setiap pekerjaan yang baik, hendaknya dimulai dengan menyebut asma Allah, seperti makan, minum, menyembelih hewan, menaiki kendaraan, membaca Al Quran di awal surat, masuk dan keluar masjid, mengunci pintu, masuk dan keluar rumah, menulis surat, hendak berwudhu dan sebagainya. Allah ialah nama Zat Yang Mahasuci, yang satu-satunya berhak disembah dengan sebenarnya disertai rasa cinta, takut dan berharap kepada-Nya, Zat yang tidak membutuhkan makhluk-Nya, tetapi makhluk yang membutuhkan-Nya. Ar Rahmaan (Maha Pemurah): salah satu nama Allah yang memberi pengertian bahwa Allah memiliki rahmat (kasih-sayang) yang luas mengena kepada semua makhluk-Nya, sedangkan Ar Rahiim artinya Allah Maha Penyayang kepada orang-orang mukmin. Kepada orang-orang mukmin itu diberikan-Nya rahmat yang mutlak, selain mereka hanya memperperoleh sebagian daripadanya. Ar Rahmaan dan Ar Rahiim merupakan nama Allah yang menetapkan adanya sifat rahmah (sayang) bagi Allah Taala sesuai dengan kebesaran-Nya. Maka memuji Allah berati menyanjung-Nya karena perbuatan-Nya yang baik seperti melimpahkan karunia dan berbuat adil, karena sifat-sifat-Nya yang sempurna dan karena nikmat-nikmat-Nya yang begitu banyak yang dilimpahkan-Nya kepada kita baik nikmat yang berkaitan dengan agama maupun dunia. Dengan demikian dalam memuji Allah Taala harus disertai rasa cinta dan pengagungan serta ketundukan, karena jika tidak seperti ini bukan merupakan pujian yang sempurna.
0 Comments
Leave a Reply. |
Details
AuthorWrite something about yourself. No need to be fancy, just an overview. ArchivesCategories |